Dakwah dalam rangka pembentukan dan pembinaan aqidah salimah disertai penanganan kebutuhan primer secara serius dan sungguh-sungguh harus menjadi garapan utama lebaga dakwah pada saat ini. Dan itu pulalah pelajaran yang dapat disimak dari sirah nabawiyah. Wallahu a'lam bi ash-shawab
Sedangkan masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali belum terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.
Melihat permasalahan di atas tentunya yang menjadi masalah bagaimana Lembaga Dakwah bisa menjadi media pembinaan aqidah remaja? Dan tentunya perlu strategi dan materi yang tepat untuk pendekatannya. Berkaitan dengan hal tersebut SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School dengan mengoptimalkan fungsi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mendisain sistem pendidikan yang antisipatif terhadap kondisi remaja dan masa depannya.
Disain sistem pendidikan SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School itu terangkum dalam poin-poin berikut :
a. Aqidah yang bersih (Salimaul Aqidah)
Meyakini bahwa Alloh SWT adalah sumber kehidupan, sebagai pencipta, pemilik, pemelihara, dan penguasa alam semesta dan menjauhkan diri dari segala pikiran, sikap dan perilaku syirik serta bertentangan dengan ajaran agamanya. Salimul Aqidah ini pertama kali diberikan kepada peserta didik melalui program matrikulasi di 6 bulan pertama, berikutnya disampaikan melalui program mentoring atau halaqah pekanan. Melalui program mentoring atau halaqah ini proses internalisasi aqidah terus mengalir secara alami.
b. Ibadah yang benar (Shahihul Ibadah)
Terbiasa dan gemar melaksanakan ibadah seperti sholat, puasa, membaca al-Qur’an, dzikir, dan berdo’a sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan As-Sunnah Rosululoh saw. Bagaimana Ibadah dengan benar diberikan petama kali melalui program matrikulasi dilanjutkan melalui program pembiasaan sehingga menjadi habit dan budaya para warga sekolah.
c. Pribadi yang matang (Matinul Khuluq)
Menampilkan perilaku yang santun, tertib, disiplin, peduli terhadap sesama dan lingkungan, sabar, ulet, dan pemberani dalam menghadapi permasalahan hidup sehari-hari. Pasca mengikuti program matrikulasi, para peserta didik diajak hidup berinteraksi dengan masyarakat setempat dan sekitar dengan sistem beregu dan termonitoring dalam bentuk seperti sistem pemerintahan. Kelompok terkecil dipimpin dari siswa, beberapa kelompok berikutnya dipimpin oleh ustadz / Ustadzah, kelompok terbesar (seluruhnya) di bawah kepemimpinan Waaka Kesiswaan.
d. Mandiri (Qadirun alal Kasbi)
Mandiri dalam memenuhi keperluan hidupnya dan memiliki bekal yang cukup dalam pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan dalam usaha memenuhi kebutuhan nafkahnya. Mentoring bisnis dikembangkan melalui program Koperasi Siswa bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM dan konsultan binis yang terkait. Melalui program ini para peserta didik dilatih untuk melakukan program pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat sebagai desa binaan sekaligus agar para peserta didik mengembangkan potensi kepemimpinan dan kewirausahaannya.
e. Cerdas dan Berpengetahuan (Mutsaqaful Fikri)
Memiliki kemampuan berfikir yang kritis, logis, sistematis dan kreatif yang menjadikan dirinya berpengetahuan luas dan menguasai bahan ajar dengan sebaik-baiknya serta cerdik dan cermat dalam mengatasi segala problema yang dihadapai. Kebiasaan, budaya ilmiah dan penelitian dikembangkan dengan merintis kerjasama dengan pihak perguruan tinggi. Kerja sama dengan pergiruan tinggi ini diharapkan peserta didik bisa mengakses dan memanfaatkan perpustakaan dan laboratorium sebagai bagian sumber belajar.
f. Sehat dan Adapdif (Qawwiyul Jismi)
Memiliki badan dan jiwa yang sehat dan bugar, stamina dan daya tahan tubuh yang adaptif, serta ketrampilan bela diri untuk menjaga diri dari kejahatan pihak lain. Program ini dikembangkan bekerjasama dengan Club dan kelompok olahraga prestasi yang ada dimasyarakat.
g. Bersungguh-sungguh dan disiplin (Mujahidun Linafsihi)
Memiliki kesungguhan dan motivasi yang tinggi dalam pengembangaan dan perbaikan diri dan lingkungannya, yang ditunjukkan dengan etos dan kedisiplinan kerja yang baik. Mutaba'ah atau evaluasi terhadap amal harian (amal yaumiyah) dikembangkan secara sistematis dan organis sehingga terbentuk habit peserta didik untuk selalu taqarub kepada Allah melalui ibadah wajib dan ibadah sunnah. Amal yaumiyah ini insya Allah akan membersihkan jiwa (tazkiyatun nufus) sebagai proses pengembangan energi potensial menjadi energi gerak.
h. Tertib dan cermat (Munadzam fi Syu'unihi)
Tertib dalam menata segala pekerjaan, tugas dan kewajiban, berani dalam mengambil resiko namum tetap cermat dan penuh perhitungan dalam melangkah. Manajemen diri dikembangkan dengan sistem beregu dan monitoring secara sistematis dan organis.
i. Efisien (Harisun ala waqtihi)
Selalu memanfaatkan waktu dengan pekerjaan yang bermanfaat dan mampu mengatur jadwal kegiatan sesuai dengan skala prioritas yang benar. Pemahaman yang benar terhadap konsep waktu akan membuat peserta didik terbentuk skillnya dalam menajemen waktu untuk pengembangan diri.
j. Bermanfaat bagi orang lain (Nafi'un lighairihi)
Peduli kepada sesama dan memiliki kepekaan sosial untuk membantu orang lain yang memerlukan pertolongan. Interaksinya dengan masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat merupakan bentuk kepedulian yang dikembangkan bekerjasama dengan pemerintah dan dunia usaha yang ada dimasyarakat setempat.
Insya Allah, dengan 10 program dan tujuan utama yang telah dikembangkan sekolah-sekolah islam terpadu yang ada dilikungan JSIT INDONESIA ini akan mampu mendidik para peserta didik SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School menjadi Kader Cendikiawan, Pemimpin dan Pewirausaha Masa Depan. Wallahu'alam bish shawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar