Rabu, 11 Mei 2011

MENGAPA HARUS MEMILIH SMAIT MANARUL ISLAM ?

Tepat tanggal 1 Januari 2010 mulai diberlakukan Free Trade Agreement (FTA/Perjanjian Perdagangan Bebas) ASEAN-China.  Negara-negara ASEAN yang termasuk yaitu : Indonesia, malaysia, Singapura, Brunai, Vietnam, Filiphina, Kamboja, Laos, Thailand, dan Myanmar. Adapun hasil kesepakatannya yaitu bea masuk produk manufaktur China ke ASEAN, termasuk Indonesia, ditetapkan maksimal 5 persen, sedangkan di sektor pertanian 0 persen tanpa pajak sama sekali.

Bagi Indonesia sendiri, pasar bebas ASEAN dan China ini dirasakan merugikan bagi kalangan pengusaha lokal, industri lokal dan sektor pertanian. Hal ini dikarenakan persiapan indonesia dalam menghadapi pasar bebas ASEAN-China masih dirasa kurang. Kondisi ini berbeda dengan China yang sudah jauh-jauh hari melakukan persiapan yang matang. Apalagi akhir-akhir ini sebelum pasar bebas diberlakukan, Indonesia sudah dibanjiri produk-produk dari China yang harga dan kualitasnya lebih bersaing dari produk lokal.

Data resmi dari Badan Pusat Statistik menunjukkan saat ini saja ekspor kita ke China hanya 5,91 persen, sedangkan impornya mencapai 8,55 persen. Ketika perdagangan bebas sudah dijalankan, diprediksi ekspor kita hanya naik 2,29 persen menjadi 8,20 persen. Sebaliknya, impor kita dari China bakal naik 2,81 persen menjadi 11,37 persen. Di samping itu, pelaksanaan perjanjian tersebut berpotensi menurunkan penerimaan Negara (potential loss) dari kepabeanan hingga mencapai sekitar Rp 15 triliun.
Yang mengherankan, pemerintah justru tidak sedikit pun menunjukkan kekhawatiran terhadap membanjirnya produk RRC.
Sebagai catatan kita masih akan menghadapi zone pasar bebas lainnya, sebut misalnya Indonesia-Jepang, Asean-Korea, ASEAN–India, ASEAN–EU, ASEAN–Australia–New Zealand, Indonesia–AS, dan Indonesia– EFTA (Swis, Leichestein, Norwegia dan Islandia. Ironisnya, berdasarkan catatan International Instititute for Management Development dalam World Competitiveness Yearbook 2006 - 2008 menyebutkan daya saing Indonesia semakin merosot hingga ke peringkat 52 dari 55 negara.

Kebijakan pemerintah dirasakan semakin pro-pasar. Secara konsisten kebijakan publik dan ranah pengaturan di bidang pelayanan dasar masyarakat (essential services) ‘disesuaikan’ dengan mekanisme pasar, sebagai bagian dari integrasi sistem ekonomi global. Serangkaian kebijakan divestasi dan privatisasi berbagai perusahaan umum dan perusahaan negara mencerminkan kecenderungan ini.  Hal ini diikuti pula liberalisasi sektor perburuhan dan dengan semakin banyaknya sektor usaha yang dihapuskan dari daftar negatif investasi.

 Pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia akan memperoleh tantangan dengan bebasnya pasar tanpa campur tangan pemerintah. Privatisasi lembaga-lembaga penyedia layanan publik akan memperkecil kesempatan bagi masyarakat miskin untuk memperoleh layanan berkualitas secara gratis, yang sesungguhnya merupakan hak. Dengan membanjirnya produk luar yang lebih murah, maka industri dalam negeri tidak akan mampu bersaing dan pada akhirnya kolaps. Dengan demikian semakin tertutup peluang lapangan kerja yang memadai. Pun industri kecil tidak akan memperoleh tempat lagi dinegeri ini, sehingga orang Indonesia hanya akan menjadi buruh di negeri sendiri.

Bagaimana Kaum Muslimin harus mengambil sikap? Bagaimana kita, sebagai warganegara melakukan pilihan untuk mengembangkan kompetensi sebagai ummat dan bangsa ? SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School  hadir untuk menjadi alternatif solusi dengan Model Pembelajaran Lesson Out. Dengan Model Pembelajaran Lesson Out ini peserta didik telah dibekali ketrampilan belajar sekaligus imunitas untuk tumbuh dan berkembang menjadi Cendikiawan, Pemimpin atau Pewira Usaha.

Para lulusan SMP / MTs khususnya para remaja muslim tidak boleh  terjebak pada kebutuhan praktis jangka pendek ingin segera bekerja, kemudian mengambil keputusan memilih SMK sebagai tempat melanjutkan sekolah. Yang perlu diingat bahwa semakin banyak para lulusan SMP / MTs yang melanjutkan ke SMK itu akan menambah daftar panjang antrian para pencari kerja pada 3 tahun berikutnya.  SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School memberi solusi bagaimana para pelajar SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School bisa mempersiapkan masa depan lebih cemerlang. 

SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School memfokuskan diri pada proses pendidikan atau kaderisasi Cendikiawan, Pemimpin atau Pewirausaha bukan menyiapkan peserta didik menjadi pekerja atau buruh di negeri sendiri yang kaya ini. Negeri nan kaya gemah rimpah loh jinawe ini membutuhkan sentuhan tangan-tangan generasi muda muslim yang berenegi robbani. Kitalah mestinya yang mengelola negeri nan kaya raya ini. Dan untuk itulah SMAIT MANARUL ISLAM Boarding School ini lahir, untuk menyiapkan kader Cendikiawan, Pemimpin atau Pewirausaha Robbani yang akan melakukan perubahan dan perbaikan terhadap bangsa dan negeri ini agar menjadi bangsa dan negara yang bermartabat. Wallahu'alam bishawwab. 


Sumber: www.elsam.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar